Jakarta, 20 Februari 2025 – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Republik Indonesia menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk FGD Peningkatan Transisi Berkeadilan di Grand Sky Ballroom, Mercure Sabang, Jakarta. FGD ini difasilitasi oleh Sekretariat JETP bekerja sama dengan UNOPS ETP, UNDP Indonesia, dan GIZ. Acara ini secara resmi dibuka oleh Bapak Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, dan ditutup oleh Ibu Farah Herliantina, Asisten Deputi Percepatan Transisi Energi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Diskusi ini mempertemukan perwakilan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memberikan masukan terhadap draf pembaruan Bab 6: Menjamin Transisi Energi yang Adil dalam iterasi mendatang CIPP 2025.
FGD ini dihadiri secara langsung oleh 18 kementerian dan lembaga nasional, 6 Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rumah Paten, serta 2 pemerintah daerah. Selain itu, 33 kementerian dan lembaga, 20 pemerintah daerah, serta 11 organisasi internasional turut berpartisipasi secara daring.
FGD ini bertujuan untuk mengumpulkan masukan untuk penyusunan panduan operasionalisasi Kerangka Transisi Berkeadilan, termasuk diantaranya mekanisme pemantauan, evaluasi, dan mekanisme pengaduan. Acara ini mengundang perwakilan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memberikan kontribusi pikiran terhadap pembaruan Bab 6: Memastikan terwujudnya Transisi Energi yang Berkeadilan dalam penyusunan CIPP 2025 mendatang.
Diskusi dirancang secara terstruktur serta dimulai dengan paparan dari para pakar Just Transition atau Transisi Berkeadilan yang berasal dari UNDP Indonesia, Sekretariat JETP, UNOPS ETP, dan GIZ. Para peserta juga membahas penerapan Standar 9: Diversifikasi dan Transformasi Ekonomi, yang menjelaskan manfaat tambahan dalam hal perlindungan sosial dan lingkungan di luar kerangka praktik terbaik yang sudah ada di ranah industri internasional.
Diskusi ini berhasil mendapatkan beberapa pandangan penting. Paparan yang disampaikan mencakup Kerangka Just Transition atau Transisi Berkeadilan, operasionalisasi Standar 9, rekomendasi kebijakan, mekanisme pengaduan, serta kerangka pemantauan dan evaluasi. Standar 9 berfokus pada tiga pilar utama, yaitu Kebijakan Ekonomi dan Keuangan, Inovasi Teknologi, serta Pengembangan Sumber Daya Manusia. Diskusi ini juga menyoroti pentingnya screening data sebagai komponen utama dalam penilaian awal proyek Transisi Berkeadilan untuk memastikan pelaksanaan yang tepat sasar dan efektif.
Dukungan dari pemerintah merupakan faktor kunci dalam keberhasilan implementasi Kerangka Transisi Berkeadilan. Kejelasan peran serta koordinasi yang kuat di antara pemangku kepentingan sangatlah penting, di samping itu mekanisme umpan balik yang efektif diperlukan untuk menampung aspirasi khalayak serta menjamin akuntabilitas aspirasi tersebut. Selain itu, peningkatan kapasitas pemerintah daerah serta transparansi dalam proses pengambilan keputusan di tingkat nasional akan membantu memperlancar berjalannya transisi energi.
Isu inklusivitas juga menjadi tema utama dalam diskusi ini, di mana peserta menekankan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat, perempuan, dan penyandang disabilitas dalam diskusi serta pemetaan transisi yang adil. Partisipasi mereka akan memastikan bahwa transisi ini berlangsung secara adil dan merata bagi semua pihak. Terakhir, diskusi ini juga menyoroti perlunya Indonesia menjaga keseimbangan antara ketahanan energi, akses energi yang berkeadilan, dan keberlanjutan lingkungan, sehingga transformasi ekonomi tidak mengorbankan stabilitas maupun kesejahteraan sosial.
Masukan dan rekomendasi yang didapat dari FGD ini akan berperan penting dalam penyempurnaan operasionalisasi Kerangka Transisi Berkeadilan. Masukan dari seluruh peserta juga akan memperkuat mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengaduan, serta memperkokoh strategi implementasi CIPP 2025.