Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP), bekerja sama dengan ETP-UNOPS, menyelenggarakan acara di Hotel JS Luwansa. Acara ini berfokus pada tantangan dan peluang dalam pengembangan infrastruktur Kendaraan Listrik (EV). Sekitar 40 peserta, yang mewakili organisasi utama seperti Net Zero World Initiative (NZWI), Dewan Energi Nasional (DEN), proyek Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles (ENTREV), dan Kementerian Perhubungan, memetakan tantangan implementasi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dan berbagi metodologi untuk memodelkan pertumbuhan infrastruktur.

Jakarta, 17 Desember 2024 – Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP), bekerja sama dengan Energy Transition Partnership United Nations Office for Project Services (ETP UNOPS), menyelenggarakan acara penting di Hotel JS Luwansa untuk mengatasi tantangan dan peluang dalam pengembangan infrastruktur Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Listrik (KBLBB) atau EV. Acara yang dihadiri sekitar 40 peserta ini difokuskan pada pemetaan tantangan implementasi EV di Indonesia dan berbagi pengetahuan tentang pengembangan metodologi untuk pemodelan dan perencanaan infrastruktur.

Rachmat Kaimuddin, Ketua Satuan Tugas Transisi Energi Nasional (Satgas TEN) dan Deputi Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, secara resmi membuka acara tersebut. Dalam sambutan pembukaannya, ia menekankan pentingnya menyelaraskan kemandirian energi Indonesia dengan tujuan pertumbuhan ekonomi. Ia menyatakan,

 

quote icon

“Menyelaraskan ketahanan energi mandiri dengan kebutuhan ekonomi Indonesia sangatlah penting. Meningkatkan bahan baku sebagai sumber bahan bakar dan memajukan elektrifikasi dapat mendorong industri baru—seperti rantai nilai dan baterai—yang meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan mengeksplorasi ekspor listrik ke daerah-daerah terdekat. Dengan listrik sebagai sumber bahan bakar, kondisi ini dapat berkontribusi untuk mencapai ketahanan energi mandiri.”

Acara ini juga menyoroti mekanisme pembiayaan yang inovatif untuk proyek efisiensi energi. Hendra Iswayudi, Direktur Konservasi Energi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menekankan pentingnya Kontrak Kinerja Penghematan Energi atau Energy Saving Performance Contracts (ESPC) untuk mendanai inisiatif penghematan energi dan perannya dalam mengatasi tantangan finansial dalam transisi energi, khususnya di sektor kendaraan listrik. 

Paul Butarbutar, Kepala Sekretariat JETP, menyoroti tujuan acara tersebut: "Dalam diskusi ini, kami ingin menunjukkan bagaimana kendaraan listrik akan digunakan di masa mendatang dan mengeksplorasi sejauh mana JETP dapat mendukung pendanaan kendaraan listrik." Agenda acara ini meliputi presentasi dan diskusi interaktif yang dimoderatori oleh para ahli seperti Achmed Edianto dari UNOPS, yang mengemukakan perlunya memetakan tantangan investasi di sektor pengisian daya kendaraan listrik untuk pembaruan Rencana Kebijakan dan Investasi Komprehensif atau Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) berikutnya dan menganalisis bagaimana perkembangan ini akan membentuk proses perencanaan infrastruktur di masa mendatang.

Acara ini mempertemukan sejumlah organisasi utama, termasuk Net Zero World Initiative (NZWI), Biro Fasilitasi Kebijakan Energi Dewan Energi Nasional (DEN), proyek Peningkatan Kesiapan Transisi ke Kendaraan Listrik atau Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles (ENTREV), dan Kementerian Perhubungan. Para peserta terlibat aktif dalam sesi berbagi wawasan, mengeksplorasi metodologi untuk memodelkan pertumbuhan infrastruktur kendaraan listrik dan mengidentifikasi peluang kolaborasi untuk mengatasi tantangan yang ada.

Diskusi tersebut menegaskan pentingnya memperkuat koordinasi antar pemangku kepentingan untuk menyempurnakan dan memanfaatkan data yang dibagikan selama acara. Upaya ini akan sangat penting dalam membentuk strategi elektrifikasi Indonesia dan memajukan transisi energi.

Acara interaktif ini merupakan sebuah langkah dalam perjalanan Indonesia menuju ketahanan energi yang mandiri dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan mengatasi tantangan-tantangan yang ada dan memanfaatkan upaya kolaboratif, Indonesia membuka jalan bagi infrastruktur kendaraan listrik yang tangguh dan masa depan yang lebih hijau.